TERLEBIH BERKAT MEMBERI DARIPADA MENERIMA
1
Kor 16:1-2; 2 Korintus 9:6
Oleh
Adi Putra Wijayantara, S.Th
Pendahuluan:
- Dalam Perjanjian Lama, Allah menuntut pemberian yang terbaik dari umat-Nya. Di zaman bapa-bapa, Habel juga mempersembahkan korban persembahan dari anak sulung, yakni lemak-lemaknya dan Tuhan mengindahkan persembahan Habel (Kej.4: 4, 5).
- Hukum perpuluhan diberikan di bawah zaman bapa-bapa dan Musa. Abraham memberikan perpuluhan kepada Melkisedek, Imam Allah yang Maha Tinggi (Kej.14:17-20). Yakub bernazar kepada Allah, “…dari segala sesuatu yang Engkau berikan kepadaku akan selalu kupersembahkan sepersepuluh kepada-Mu (Kej.28:22)
- Perpuluhan menjadi hukum kepada orang Ibrani, Demikian juga segala persembahan perpuluhan dari tanah, baik dari hasil di tanah maupun dari buah pohon-pohonan, adalah milik Tuhan, itulah persembahan kudus bagi Tuhan….. mengenai segala persembahan persepuluhan dari lembu sapi atau kambing domba, maka dari segala yang lewat dari bawah tongkat gembala waktu dihitung, setiap yang kesepuluh harus menjadi persembahan yang kudus bagi Tuhan (Imamat 28:30-32).
- Perjanjian Baru pun menuntut pemberian yang terbaik dan sesuai dengan pendapatan. Sangat menarik untuk dicatat bahwa Allah tidak menetapkan standar mutlak mengenai persembahan dalam Perjanjian Baru, tidak ada peraturan yang menyuruh kita memberi sepuluh persen dari pendapatan kita. Namun bukan berarti jumlah yang harus kita beri dan cara memberikan persembahan itu sesuka hati kita.
Tujuan: Agar kita dapat
memahami dengan sebenar-benarnya maksud Allah mengenai persembahan.
Diskusi:
I.
Kapan?
A.
When, mempertanyakan waktu
pemberian atau pengumpulan uang. Teks menjawab bahwa pengumpulan uang itu
diadakan pada hari pertama dalam tiap-tiap minggu, yaitu hari Minggu.
B.
Hari Minggu merupakan hari yang
tepat dalam mengumpulkan persembahan, sebab ini merupakan praktek yang
dilakukan gereja abad pertama.
C.
Tuhan telah menjadikan
mengumpulkan uang termasuk dalam elemen kebaktian. Kebaktian orang Kristen
harus sempurna dengan tidak ditambah maupun dikurangi.
II.
Siapa?
A.
Mempertanyakan orang-orang yang
terlibat dalam memberi. 1 Kor.16:1-2 menjelaskan bahwa setiap orang wajib
memberi dengan frase “kamu masing-masing.” Yaitu setiap orang yang mengaku
dirinya Kristen wajib memberikan persembahan sesuai dengan apa yang diperoleh.
B.
Kita adalah pelayan Allah dan
segala sesuatunya adalah milikNya. Karen bumi serta segala isinya adalah milik
Allah (1 Kor 10:26). Juga kita adalah milikNya menurut hukum penciptaan (Kej
1:26), penebusan (1:7), dan menurut hukum providence Tuhan (Mat. 6:26-30).
III.
Apa?
A.
Mempertanyakan wujud yang perlu
diberikan. Ayat 1 pasal 16 tersebut berbicara tentang pemberian uang untuk
kebutuhan orang-orang suci. Dalam yang menjurus kepada pembicaraan dalam ayat 1
yaitu ‘uang.’
B.
Sebagian orang baru memilih-milih
uang dari dalam dompetnya ketika kantong persembahan muncul dihadapannya. Tidak
ada persiapan. Perhatikan teks menyuruh kita Menyisihkan sesuatu dan menyimpan
di rumah. Hal ini mengindikasikan bahwa kita harus merencanakan dari rumah dan
mempersiapkannya supaya kita tidak kewalahan ketika kantong persembahan
disodorkan.
C.
Hendaklah masing-masing
memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena
paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita (2 Kor.9:7).
IV.
Mengapa?
A.
Mempertanyakan alasan untuk
memberikan. Selain menyokong keuangan jemaat, pengumpulan uang juga bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan orang-orang suci (ayat 7), termasuk jemaat lokal.
Namun bukan kebutuhan pribadi, tapi lebih bersifat kolektif.
B.
“supaya jangan pengumpulan itu
baru diadakan kalau aku datang.” Artinya, ketika jemaat butuh, dana telah tersedia sehingga
tidak bingung untuk mencari-cari.
C.
Jemaat di Makedonia kuat dalam
pemberian (2 Kor.8:1-5). Mereka sangat miskin, namun kaya dalam kemurahan.
Kemurahan tidak diukur dengan jumlah, namun semangat dalam memberi. Itulah
sebabnya janda miskin dikatakan memasukan lebih banyak ketimbang yang lainnya.
Jemaat di Makedonia memberi menurut kemampuan mereka. Mereka mendesak Paulus
dengan sangat agar menerima pemberian mereka.
V.
Berapa Banyak?
A.
Mempertanyakan jumlah yang
harus diberikan. Sangat menarik bahwa Allah tidak menuntut persepuluhan dalam
Perjanjian Baru, tetapi sesuai dengan apa yang diperoleh. Artinya orang Kristen
harus menilai dan mempertimbangkan dari rumah apakah persembahan itu layak atau
tidak dan apakah sesuai dengan pendapatan atau tidak.
B.
Patokan apa yang kita pakai
untuk mengukur? Roma 15:4
C.
Sebagaimana Allah melimpahkan
berkat
D.
Memberi dengan suka cita 1
Kor.9:7
E.
Memberi dengan kerelaan
F.
Bukan dengan sedikit 2 kor.9:6
G.
Bukan dengan enggan hati 2 kor
9:6
H.
Dengan semangat. Markus 12: 41,
janda memberi apa yang dia miliki. Poinnya bukan karena dia tidak punya
tanggungan dalam keluarga namun karena dia semangat di dalam mengembalikan
berkat Tuhan. Yesus akan melihat itu
I.
Allah tidak menetapkan berapa
standar yang harus orang berikan namun bukan berarti bahwa kita bisa memberi
sesuka hati kita, asal-asalan.
Kesimpulan:
- Ujilah Aku…..(Mal. 3:8-10). Mengambil apa yang seharusnya kita berikan kepada Tuhan berarti kita sudah merampok Allah. Kita bisa belajar dari peristiwa Ananias dan Safira.
- Persembahan adalah bagian penting dalam kebaktian. Oleh sebab itu orang Kristen tidak boleh menganggap remeh elemen tersebut.
- Kegagalan dalam memberi mengindikasikan: kurang pengajaran, pemberontakan kepada Allah, orang itu saleh tetapi tidak konsisten, kurang iman dalam firman Tuhan, kurang tertarik dengan misi pekerjaan, kurang tertarik dalam pekerjaan kebajikan, kurang tertarik dalam jemaat lokal, kurang kerjasama, dan cinta akan uang.
- Memberi adalah suatu anugrah yang perlu dikembangkan. Memberi merupakan prinsip yang perlu dikembangkan dengan menabur banyak, iklas, direncanakan, bersukacita, memprioitaskan kerajaan Allah dan konsisten dalam pemberian kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar