BUKAN HATI BIASA
Kis.
17:10-12
Oleh:
Adi Putra Wijayantara, S.Th
Pendahuluan:
Jemaat di Berea adalah contoh yang signifikan sebagai
jemaat yang memiliki hati yang bukan hati biasa. Mereka adalah kumpulan
orang-orang unik dengan kreatifitas pikiran yang menarik. Tercatat bahwa mereka
“lebih baik hatinya” dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika.
Mereka memiliki pemikiran yang terbuka dan tidak melulu
bertahan pada zona kebodohan yang mengarah kepada kesesatan. Mereka tidak
menutup hati mereka untuk hal-hal baru. Bukan berarti bahwa mereka memiliki
hati yang mudah berubah, namun dengan kerendahan hati mereka menerima sesuatu
yang pantas untuk diterima.
Istilah ‘Bukan hati biasa’ merupakan pikiran terbuka
yang dimiliki oleh manusia. Perkara ini membutuhkan satu komitmen yang penuh
dengan totalitas. Seseorang yang setengah-setengah dalam menentukan keputusan
tidak layak dikatakan memiliki hati yang bukan hati biasa.
Tesis: Penting bagi orang
Kristen untuk memiliki hati yang bukan hati biasa
Kalimat
Pertanyaan:
Bagaimanakah cara bagi orang Kristen untuk memiliki hati yang bukan hati biasa?
Kalimat
peralihan:
Dalam kitab kisah rasul 17:10-12 dituliskan gambaran hati yang bukan hati biasa
yang telah dipraktekkan oleh jemaat di Berea yaitu:
Diskusi:
I.
MENERIMA FIRMAN DENGAN
SEGALA KERELAAN (AYAT 11 b)
A. Kata kerja “menerima,”
berarti membuka hati, berkehendak, dan kondisi yang dipupuk dengan hati yang
jujur.
B. “Dengan segala kerelaan”,
berarti bersedia dengan ikhlas hati, tidak mengharapkan imbalan, dengan kehendak
atau kemauan diri sendiri. Kerelaan hadir dari kerendahan hati yang tulus dan
sebuah totalitas yang tercurah dalam sebuah tekad yang bulat dari jiwa.
C. Refleksi:
1. Apakah kita menerima
firman dengan segala kerelaan? Ataukah kita menerima firman karena paksaan
karena terpengaruh motivasi yang salah dalam mengikut Kristus? (Yak. 1:22)
2. Seseorang tidak akan
mengalami kerugian besar untuk menerima Firman yang telah diilhami Allah, sebab
firman memiliki manfaat untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki
kelakuan dan mendidik orang dalam kebenaran (2 Tim. 3:16).
3. Ilustasi: seorang tukang
kayu yang memiliki prestasi bagus, namun saat mau pensiun tidak menerima dengan
kerelaan hati mengerjakan rumah yg tuannya perintahkan utk terakhir kalinya.
Setalah rumah itu jadi, dia malu dan menyesal sebab ternyata rumah itu
dihadiahkan untuk dirinya.
4. Banyak manusia yang
mengalami nasib sama seperti tukang kayu tua tersebut, yang tidak siap dg
kerelaan hati untuk menerima firman Tuhan. Sehingga mereka harus menanggung
malu pada saat pengadilan Allah nantinya (contoh: kisah orang kaya &
Lazarus dlm Lukas 16:19-31 bdg )
II.
SETIAP HARI MENYELIDIKI
KITAB SUCI (AYAT 11 b)
A. Yang dimaksud ‘setiap
hari’ berarti konsisten, terus menerus, dan selalu menjadi prioritas dalam
aktifitas harian. Ada kemampuan dalam hari-hari mereka untuk menyediakan waktu
untuk belajar firman Tuhan tanpa harus meninggalkan aktifitas bekerja.
B. Mereka tidak menyerah
dalam menyelidiki kitab suci dalam kondisi bagaimanapun. Kitab suci yang dimaksud adalah Perjanjian
Lama, mereka menyelidiki korelasi Keselamatan melalui Kristus di dalam kitab
suci yang telah mereka ketahui sebelumnya.
C. Refleksi:
1. Apakah kita hanya sekedar
menerima firman (menjadi Kristen) dan apatis dengan isi yang ditulis di
dalamnya?
2. Berapa jamkah waktu yang kita
sediakan setiap harinya untuk menyelidiki dan belajar firman Tuhan? (2 Kor.13:5;
Ratapan 3:40).
3. Pergunakanlah waktu yang
ada (Ef.5:16) untuk meneliti firman Allah (Yak.1:25).
4. Ujilah segala sesuatu dan
peganglah yang baik (1 Tes. 5:21) dengan demikian tidak terpedaya oleh pengajar
palsu (1 Yoh.4:1).
Kesimpulan:
Jemaat di Berea merupakan teladan yang tepat bagi kita
sekarang ini karena mereka memiliki pemikiran yang terbuka dalam menerima dan
menyelidiki kitab suci.
Keselamatan, kecerdasan, pengetahuan, dan kebaikan
sebagai orang Kristen tidak akan singgah dalam diri kita bila mana kita lebih dahulu membuka hati kita untuk
menerima kebenaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar